Senin, 16 Februari 2009

MASA PERALIHAN

Masa peralihan adalah masa yg paling berat. Ya, karena memang begitu adanya. Kita lihat saja, masa peralihan musim kemarau ke musim hujan, or sebaliknya (a.k.a musim pancaroba), yg emang berat, cos tuh musim buat banyak orang2 sakit gicu. Contoh lain bisa kita ambil dari masa peralihan dari anak2 ke ramaja, yg disebut remaja, dimana remaja ini bersifat labil alias mudah goyang2.

Masa peralihan berat lain misalnya masa peralihan dari SMA menuju ke universitas. Ya, di antara peralihan 3 sekolah (SD ke SMP, SMP ke SMA, SMA ke UNIV.) masa yg paling berat ya masa ini nih. Betapa tidak, dari 100 orang sampel misalnya, 30 orang akan cenderung baru tau apakah dirinya adalah orang yg tepat di jurusannya itu ato gak. Kita lihat, misalnya orang ipa, setelah kelas 3, hampir ke PT (perguruan tinggi), baru tau kalo sebenernya dia ini ipa ato ngga waktu dah masuk kelas 3 SMA.

Masa peralihan dr SMA ke PT ini juga berdampak pada muka anak2, yang dulunya ceria, cantik, cakep, senyum2, cengar-cengir, nanti akan berubah menjadi muka yang tak bergairah, kurang tenaga, mrongosh, tonggos, mlengos, manyun, dan sebagainya yg jelek2. ya, ini katanya sih karena mereka stress, coz hampir ujian ato apalah namanya. Keadaan ini diperparah dgn kehadiran guru yg tak efisien dalam mengajar, menambah beban penderitaan seekor murid di kelas. Ada guru yg malah nambah PR lah, nambah praktikum lah, dan lain2 lah yg membuat siswa semakin hancur mental, jiwa raga, fisik, dan (semoga bukan) kesadaran.

Memang, masa peralihan itu berat. Tapi, hal itu tampaknya menjadi retoris karena tak ada pilihan lain. Hal ini seperti ketika kita baerkata, ”Hidup ini berat.” Kalau kita kritis, kita tanya aja, ”Terhadap apa?” Maka pertanyaan itu akan jadi retoris. Kenapa? Kita tinjau lagi. Hidup ini berat, ya memang berat. Tapi terhadap apa? Terhadap mati? Karena lawan dr hidup adalah mati. Emangnya, kita mau mati langsung gitu? Bunuh diri? Dosa tauk. Dan lalu kalau kita masukkan dalam pertanyaan : Sekolah ini berat. Terhadap apa? Terhadap tidak sekolah? Lha kowe ki mengko milih sekolah apa ra sekolah? Ngarit wae le....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar